Senin, 11 November 2019

KALENDER TANAM (KATAM) SEBAGAI WUJUD IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


KALENDER TANAM (KATAM) SEBAGAI WUJUD IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

A.   Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di Bidang Pertanian
            Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah meliputi berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasuk bidang pertanian. Penetrasi Teknologi Informasi Komunikasi di bidang pertanian ini sering disebut dengan istilah electronic Agriculture yang disingkat e-Agriculture. FAO mengusulkan defenisi e-Agriculture sebagai berikut :
            “e-Agriculture” is an emerging field in the intersection of agricultural informatics, agricultural development and entrepreneurship, referring to agricultural services, technology dissemination, and information delivered or enhanced through the Internet and related technologies. More specifically, it involves the conceptualization, design, development, evaluation and application of new (innovative) ways to use existing or emerging information and communication technologies (ICTs).
            Pada dasarnya e-Agriculture adalah pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam bidang pertanian. Pemanfaatan ini dapat dilakukan di semua aktivitas pertanian, mulai dari proses produksi sampai pada pemasaran hasilnya. Pemanfaatan Teknologi Informasi Komunikasi dapat meliputi berbagai aspek, baik itu perangkat telekomunikasi, komputer ataupun perangkat lunaknya. 

B.   Peran Teknologi Informasi Komunikasi Dalam Pembangunan Pertanian.
            Teknologi Informasi Komunikasi berperan dalam pembangunan pertanian. Teknologi Informasi dan Komunikasi mendukung tersedianya informasi pertanian yang relevan dan tepat waktu. Informasi hasil-hasil penelitian dan inovasi teknologi di bidang pertanian membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian, sehingga tercapai pembangunan pertanian yang diharapkan. Informasi dan pengetahuan tentang pertanian akan menjadi pemicu dalam menciptakan peluang untuk pembangunan pertanian dan ekonomi sehingga terjadi pengurangan kemiskinan. Teknologi Informasi Komunikasi dalam sektor pertanian yang tepat waktu dan relevan memberikan informasi yang tepat guna kepada petani untuk pengambilan keputusan dalam berusahatani, sehingga efektif meningkatkan produktivitas, produksi dan keuntungan.
            Manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (Mulyandari 2005), khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan di antaranya adalah:
     1   Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
    2. Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk : a) Meningkatkan peluang  potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya; b) Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta c) Meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah produksi yang diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
  3. Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
  4.  Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.

C.  Kalender tanam (Katam) Sebagai Wujud Implementasi Pembangunan Pertanian Berbasis Teknologi informasi dan Komunikasi
            Kalender Tanam Terpadu (KATAM) merupakan teknologi yang memuat berbagai informasi tanam dari tingkat provinsi hingga tingkat kecamatan di seluruh Indonesia yang akan diperbaiki tiap musim dan diperbarui tiap dua bulan sekali dengan data terbaru dan kecocokan unsur hara dari tiap propinsi di Indonesia. Sistem Informasi Kalender Tanam (Katam) Terpadu ini memberi informasi tentang potensi pola tanam, waktu tanam, luas areal tanam potensial dan rekokmendasi teknologi adaptif pada level provinsi sampai dengan tingkat kecamatan, di seluruh Indonesia. Sistem ini sangat operasional, disusun berdasarkan prakiraan iklim per musim, dapat diintegrasikan dengan rekomendasi pemupukan, benih dan pengelolaan hama terpadu (PHT).
            Penyusunan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu sudah diawali sejak 2007 dengan mulai disusunnya Atlas dan Peta Kalender Tanam Padi Sawah di Pulau Jawa (Volume I, 2007), diikuti Pulau Sumatera (Volume II, 2008), Kalimantan (Volume III, 2009) dan Sulawesi (Volume IV, 2009), serta Bali, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua (Volume V, 2010). Peta Kalender Tanam (KATAM) merupakan peta yang menggambarkan potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan (padi dan palawija) yang disusun berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan ketersediaan air, disusun untuk memberikan informasi spasial dan tabular pola tanam dan potensi luas areal tanam tanaman pangan pada lahan sawah berdasarkan variabilitas dan perubahan iklim hingga tingkat kecamatan.
            Sistem Informasi Katam Terpadu berfungsi untuk memberi informasi tentang potensi pola tanam, waktu tanam, luas areal tanam potensial dan rekomendasi teknologi adaptif pada level Kecamatan/Kabupaten/Provinsi, yang pada akhirnya berfungsi dalam pengamanan produksi dan pencapaian program peningkatan produksi (P2BN) untuk surplus 10 juta Ton. Keunggulan sistem Informasi Katam Terpadu, antara lain: a) Bersifat dinamis, karena disusun berdasarkan prakiraan iklim per musim, b) Sangat operasional, karena disusun hingga skala kecamatan, c) Bersifat spesifik lokasi, karena mempertimbangkan potensi sumberdaya iklim, air & tanah, d) wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) yang belum tentu sama antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya, e) Dapat diintegrasikan dengan rekomendasikan teknologi (pupuk, benih, PHT), f) Mudah diperbaharui/di update sesuai dengan perkembangan prakiraan hujan bulanan atau musiman serta, g) Mudah dipahami, karena disusun secara spasial dan tabular dengan uraian yang jelas.
            Data yang dihimpun dalam Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu berasal dari berbagai lembaga sumber, antara lain : a) Informasi prediksi iklim global, prakiraan curah hujan bulanan dan prakiraan awal musim dari beberapa lembaga internasional (IRI, POAMA), BMKG, dan Badan Litbang Pertanian, b) Informasi potensi ketersediaan air dari Kementerian Kimpraswil, Perum Jasa Tirta, dan Badan Litbang Pertanian, c) Informasi luas dan pola tanam eksisting dari BPS, Ditjen Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, d) Informasi bencana banjir, kekeringan, dan OPT dari Ditjen Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, dan BPTPH, e) Informasi inovasi dan rekomendasi teknologi dari Badan Litbang Pertanian dan Perguruan Tinggi.

Ø  Cara Mengakses Kalender Tanam
1.   SMS di Handphone (Short Message Service)
            Era modern saat ini membuat informasi menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan bagi siapapun termasuk petani. Handphone sebagai alat penghubung antara petani satu dengan yang lainnya saat ini bukan barang mewah lagi, hampir setiap petani sudah familiar dan memilikinya. Melalui layanan sms yang ada maka petani bisa menggunakannya untuk mengakses informasi katam dengan mudah. nformasi kalender tanam terpadu juga dapat didapatkan menggunakan telpon genggam dengan melakukan pengirim pesan/sms ke nomor sms center 08-123-565-1111 atau 08-123-456-500. Informasi yang tersedia yakni :
a)    Info cuaca terkini
b)    Kalender Tanam
c)    Rekomendasi Pupuk
d)    Rekomendasi Varietas

·         Informasi kalender tanam, tersedia di level nasional sampai dengan kecamatan.
Format SMS : Info katam [nama administrasi tingkat kecamatan/ kabupaten/ provinsi/ pulau, nasional]
Contoh : info katam kota bogor
Balasan : MT I 2013/2014: Info Katam di KOTA BOGOR: Prakiraan Awal Waktu Tanam Dominan: JUN II-III, JUL I-II, …….
·         Informasi pupuk, tersedia di level nasional sampai dengan kecamatan
Format SMS : Info pupuk [padi/ jagung/ kedelai] [tunggal/ phonska/ pelangi/ kujang, 151010] [nama administrasi tingkat kecamatan/ kabupaten/ provinsi/ pulau/ nasional]
Contoh : info pupuk padi tunggal kota bogor
Balasan : MT I 2013/2014: Info Kebutuhan Pupuk Padi Sawah Tunggal di KOTA BOGOR: Tunggal Tanpa Bahan Organik: Urea: 60 ton, SP36: 13 ton, KCl: 12 ton, …….

2.      Katam Interaktif Melalui Jaringan Internet
       Melalui PC (Personal Computer), netbook, ataupun laptop yang dilengkapi jaringan internet maka kita akan dengan mudah mengakses informasi katam. Melalui katam versi interaktif di internet kita dapat menelusuri informasi yang tersedia dengan lebih lengkap. Selain itu kita dapat men-download/mengunduh data yang kita inginkan hingga level kecamatan. Alamat situs Kementerian Pertanian (www.deptan.go.id), atau alamat situs Badan Litbang Pertanian (www.litbang.deptan.go.id) atau melalui situs Balitklimat (www.balitklimat.litbang.deptan.go.id) atau dengan klik link address "Kalender Tanam Terpadu" yang tersedia pada bagian lain di halaman utama situs ini.

       Kemajuan informasi untuk bidang pertanian di Indonesia tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan ikut andil dalam kemajuan pembangunan. Indonesia yang memiliki potensi pertanian sangat besar memerlukan berbagai perangkat untuk membangun sektor ini.Sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang cukup tentu akan sangat dasyat bila didukung oleh sumberdaya lain seperti teknologi dan informasi. Kalender tanam merupakan salah satu wujud implementasi teknologi informasi dan komunkasi karena kalender tanam memuat informasi bagi petani mengenai banyak hal seperti pedoman waktu tanam, lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta informasi lain yang dibutuhkan oleh petani. Katam memberikan kemudahan kepada petani dalam memperoleh informasi atau pedoman pelaksanaan budidaya sehingga petani mampu bekerja secara lebih efektif, dengan hanya bermodal smartphone atau PC petani bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan begitu, maka sistem pertanian menjadi lebih maju karena petani sudah mendapatkan pedoman untuk pelaksanaan di lapang sehingga peningkatan produksi dapat tercapai dan meminimalisir terjadinya kesalahan teknis budidaya yang dapat menyebabkan penurunan produksi pertanian ataupun kegagalan panen.

DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung. 2015. Kalender Tanam Terpadu (KATAM), Sistem Informasi Petani Modern Indonesia. (http://babel.litbang.pertanian.go.id/index.php/sdm-2/15-info-teknologi/298-tanam-terpadu-katam-sistem-informasi-petani-modern-indonesia, diakses pada 11 November 22.34 WIB)
Lubis. 2010. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyandari RSH. 2005. Alternatif Model Diseminasi Informasi Teknologi Pertanian Mendukung Pengembangan Pertanian Lahan Marginal. Prosiding Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi dalam Upaya Mempercepat Revitalisasi Pertanian dan Perdesaan di Lahan Marginal, Mataram,




Minggu, 22 September 2019

IMPLEMENTASI REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

1.    Revolusi Industri 4.0
Dunia saat ini tengah berada dalam era revolusi industri 4.0. Revolusi Industri 4.0 yang sedang berkembang saat ini sudah tidak lagi membicarakan tentang otomatisasi alat, tetapi lebih kepada penggunaan mesin-mesin yang terintegrasi langsung dengan jaringan internet.


2.    Implementasi Revolusi Industri 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia
Revolusi industri 4.0 merupakan suatu pembangunan industri yang tidak dapat dihindari perkembangannya. Sektor pertanian menjadi salah satu bidang yang tidak lepas dari pengaruh revolusi 4.0. Pertanian menjadi salah satu sektor yang penting karena berhubungan dengan ketersediaan pangan nasional, sehingga kemajuan dalam revolusi industri 4.0 salah satunya diimplementasikan untuk pembangunan pertanian di Indonesia. Hal tersebut sebagai upaya untuk menjadikan pertanian lebih maju dari segi input teknologi sehingga petani dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien serta hasil yang diharapkan adalah produksi yang lebih tinggi dan mencukupi kebutuhan pangan nasional.
Terdapat lima teknologi utama yang me­no­pang implementasi revolusi industri dalam bidang pertanian, diantaranya adalah basis internet (internet of things) yang merupakan konsep dimana peralatan pertanian yang biasanya menggunakan cara tradisional digantikan dengan peralatan yang dilengkapi instrumen dan terhubung melalui internet, super kom­puter (artificial inteligence), kendaraan tanpa pengemudi (human-machine interface), teknologi robotik (smart robotic) serta teknologi 3D printing (Lisa, 2019). Beberapa contoh inovasi teknologi tersebut antara lain :
a)    Soil and Weather Sensor (Sensor Tanah dan Cuaca)
Teknologi ini diperkenalkan pada 24 September 2018 dengan konsep bernama “Smart Farming 4.0”. Alat sensor ditempatkan pada lahan sawah dan secara otomatis akan mengirim informasi berupa pesan yang diterima oleh smartphone petani. Alat ini akan melaporkan kondisi tanah dan cuaca terbaru secara akurat sehingga petani dapat mengetahui keadaan dan kebutuhan serta tindakan yang harus dilakukan pada lahan dan tanaman. Selain itu, juga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian perlakuan seperti pengairan, penyemprotan pestisida, dan pemupukan. Teknologi Soil and Weather Sensor juga dapat memprediksi serangan hama dan penyakit sehingga petani dapat menghindari terjadinya serangan hama dan penyakit pada satu musim pada tanaman mereka.

Soil & Weather Sensor MSMB Indonesia

b)    Autonomous Tractor
Autonomous Tractor merupakan hasil inovasi terbaru Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) melalui organnya Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Traktor empat roda otonom ini mengunakan sistem navigasi GPS berbasis real time kinematika (RTK). Traktor tanpa awak ini mempunyai fungsi dan keunggulan untuk mengolah tanah dengan menggunakan traktor roda 4 dengan sostem kemudi yang dapat dikendalikan secara otomatis. Traktor otonom ini dapat melakukan pengolahan lahan sesuai dengan peta perencanaan dengan akurasi 5-25 cm. Sistem kontrol pada traktor terdiri atas pengendalian stir, gas, gear, rem dan kopling. Sedangkan untuk aplikasi pengolahan lahan digunakan pengendalian implemen dan PTO (power take off).

Autonomous Tractor | Sumber Foto:Balitbangtan

Selain itu, ada juga sistem komunikasi antara traktor dan base station dengan Protokol TCP/IP dengan media wireless 2.4 atau 5 GHz. Serta tersedianya suatu command control untuk pengendalian traktor dalam bentuk parameter dalam format text melalui interface serial. Keunggulan dan kebaharuan lainnya adalah tersedianya design controller yang modular dan dapat dipindah ke traktor lain, adanya standar komunikasi antar modular sensor dan aktuator berbasis protokol i2c yang sederhana. Tersedia aplikasi mapping yang dapat digunakan untuk pengolahan lahan di lokasi yang berbeda, dan tersedianya aktuator untuk pengendalian dengan sistem yang lebih sederhana. Dengan adanya pembaruan teknologi ini, Balitbangtan berharap Autonomous Tractor ini dapat diproduksi massal oleh para perusahaan alsintan. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pertanian.

c)    Drone (Pesawat Tanpa Awak)
Ketua Umum HKTI, Jenderal (Purn) Moeldoko mengatakan bahwa Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) siap memproduksi drone (pesawat tanpa awak) untuk pertanian (Republika, 2018). Drone HKTI didesain untuk dapat melakukan penyemprot pupuk, serta memiliki kamera penginderaan kondisi pertumbuhan tanaman dan penyakit atau hama tanaman. Selain itu dilengkapi pula dengan teknologi frekuensi pengusir hama, terutama hama burung.
Drone buatan HKTI tersebut nantinya mampu mengangkat beban 20 kilogram. Sedangkan durasi terbangnya bisa mencapai waktu 45 menit. Banyak fungsi bisa dilakukan drone untuk pertanian. Keterbatasan mata manusia untuk mengawasi hamparan luas dapat diatasi dengan menggunakan drone berkamera yang dapat menangkap citra dari atas dan memberikan informasi penting mengenai kondisi tanaman dan lingkungan di sekitarnya.
Secara umum fungsinya, antara lain, untuk pemantauan kesehatan tanaman, pengawasan pengairan, identifikasi gulma, identifikasi kesuburan tanah, aplikasi penyemprotan nutrisi atau pestisida, serta pemetaan lahan. Drone multiguna ini akan dipasarkan kepada petani dengan harga yang relatif terjangkau. Tahap awal, drone ini nantinya akan dilepas kepada kelompok tani dapat dibeli dengan sistem kredit.
HKTI sejak tahun 2017 sudah mencanangkan membuat drone pertanian. Rencana tersebut sebagai wujud terobosan dalam proses modernisasi dan inovasi pertanian yang diprogramkan HKTI. Langkah ini juga untuk menarik minat pemuda zaman sekarang untuk menekuni dan menerjuni pertanian.

d)    Kalender Tanam (Katam)
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufry saat menyampaikan pidato ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-59 Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, mengatakan bahwa penerapan Inovasi menuju Era Revolusi Industri 4.0 adalah seperti dalam Katam (Kalender Tanam) (Detikfinance, 2019). Salah satu implementasi pertanian berbasis internet yang paling sederhana antara lain adalah inovasi Katam (Kalender Tanam) Terpadu, yakni inovasi berbasis teknologi informasi yang dapat memberikan pedoman waktu tanam, lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta informasi lain yang dibutuhkan oleh petani. Kalender tanam ini merupakan situs resmi internet yang dikelola oleh kementrian pertanian. Dengan menggunakan smartphone yang terhubung dengan internet, petani bisa mengakses situs Katam ini di manapun dan kapanpun dengan mudah. Dengan memasukkan lokasi atau nama daerah yang diinginkan petani, maka dengan langsung akan muncul informasi yang dibutuhkan petani di daerah tujuan tersebut. Dalam katam, petani sangat terbantu dengan adanya informasi mengenai waktu tanam yang tepat sehingga mengurangi resiko kegagalan panen akibat kesalahan waktu tanam. Selain itu, terdapat informasi mengenai penggunaan input seperti pupuk baik dari segi jenis pupuk dan juga dosis anjuran yang tepat. Dalam katam juga dicantumkan varietas anjuran untuk ditanam dan berbagai informasi lainnya. Dengan demikian diharapkan petani mampu melakukan teknik budidaya dengan tepat sehingga peningkatan produksi pertanian dapat tercapai.

3.    Kendala Implementasi Revolusi Industri 4.0 dalam Pembangunan Pertanian
Revolusi industri 4.0 memang memberikan pengaruh yang baik bagi petani. Berbagai teknologi pertanian canggih sudah dibuat untuk mempermudah petani dalam proses budidayanya sehingga petani mampu bekerja secara lebih efektif dan efisien. Namun, jika dilihat dari kenyataan yang terjadi saat ini, implementasi revolusi industri 4.0 dalam pembangunan pertanian belum sepenuhnya terwujud. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa kendala atau tantangan antara lain :
a)    Infrastruktur yang Masih Perlu Perbaikan
Untuk menerapkan Internet of Thing memerlukan akses internet yang baik. Sedangkan tidak semua daerah di Indonesia mempunyai akses internet yang berjalan dengan lancar. Terkadang beberapa tempat masih kesulitan dalam akses internet karena memang jaringan internet belum menyentuh daerah tersebut. Berdasarkan   data   Asosiasi   Penyelenggara   Jasa   Internet   Indonesia   (APJI1),   jumlah pengguna  internet  di  Indonesia  sebanyak  143,26  juta  atau  sekira  55%  dari  populasi. Artinya, masih terdapat 45% sisanya yakni sekira 117 juta masyarakat yang masih belum tersentuh internet. Sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia timur hanya tersedia internet di kota-kota besar. Saat ini masih terdapat 24.000 desa yang belum tersentuh akses layanan internet (Kominfo, 2019). Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan infrastruktur sehingga petani di seluruh daerah bahkan di pelosok negeri tetap dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Dengan adanya perbaikan infastruktur tentunya akan berdampak pada peningkatan pembangunan khususnya dalam pertanian sehingga berdampak pada peningkatan produksi pertanian.

b)    Perlunya Biaya
Teknologi pertanian yang dibuat baik oleh pemerintah melalui kementrian pertanian ataupun pihak lain memang sangat memberikan manfaat bagi petani. Namun teknologi tersebut belum bisa diaplikasikan di semua daerah mengingat biaya yang diperlukan untuk membeli teknolgi tersebut terbilang cukup mahal, sedangkan kebanyakan petani-petani di desa perlu pemikiran dua kali untuk memiliki teknologi tersebut. Meskipun terdapat timbal balik bahwa hasil pertaniannya meningkat, tetapi modal untuk membeli teknologi tersebut cukup tinggi sehingga petani terkadang memilih menggunakan uangnya untuk keperluan input pertanian yang lain daripada membeli teknologi dengan harga yang cukup tinggi tersebut.

c)    Petani Belum Melek Teknologi
Revolusi industri 4.0 memberikan pengaruh terhadap kemunculan teknologi-teknologi canggih yang sangat membantu dalam bidang pertanian. Namun, tidak semua petani mampu mengadopsi inovasi teknologi ini karena kemampuan dari petani tersebut yang masih terbatas. Beberapa petani terutama petani yang berada di pelosok daerah, terkadang pengetahuannya masih terbatas sehingga cukup sulit untuk menerima inovasi baru dan mengadopsi teknologi baru. Mereka merasa kesulitan dalam mengoperasikan mesin-mesin pertanian otomatis dan mesin-mesin tersebut terasa awam bagi mereka, sehingga kemajuan teknologi pertanian belum bisa mereka rasakan. Petani desa terkadang sudah terlanjur berpatokan pada kebiasaan atau tradisi pertanian yang ada di daerahhnya, sehingga mereka tidak sadar akan adanya teknologi-teknologi terbaru yang justru lebih bisa meningkatkan produksi pertaniannya. Petani tersebut biasanya tidak mudah percaya begitu saja dengan adanya inovasi baru di bidang pertanian jika tidak diberi percontohan atau aplikasi secara langsung. Jika hanya diberi pemahaman atau penyuluhan, mereka tidak akan mengaplikasikannya karena sudah percaya dengan kebiasaan sebelumnya yang telah mereka lakukan. Sehingga perlu adanya upaya dari pemerintah untuk melakukan suatu penyuluhan dan percontohan penggunaan mesin-mesin pertanian terbaru langsung di salah satu lahan petani di suatu daerah tujuan sehingga petani bisa mengetahui secara langsung keefektifan kerja mesin-mesin tersebut dan akhirnya tertarik untuk mengaplikasikannya sendiri.



Daftar Pustaka
Detikfinance. 2019. Hadapi Revolusi Industri 4.0 Kementan Siapkan Digitalisasi Pertanian.
Kominfo. 2019. 24000 Desa Belum Tersentuh Layanan Internet.
Lisa, 2019. Mengenal Revolusi Industri 4.0 pada Bidang Pertanian (https://8villages.com/full/petani/article/id/5c4e6d8cce212bb217809faf, diakses pada 21 September 2019 pukul 18.24 WIB)
Balitbangtan. 2018. Autonomous Tractor, Inovasi Mekanisasi Mendukung Revolusi Industri 4.0 (http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/3386/, diakses pada 21 September 2019 pukul 18.54 WIB)
Republika. 2018. HKTI Segera Produksi Drone Pertanian.


Minggu, 20 Mei 2018

STATISTIK SPASIAL II


STATISTIK SPASIAL II

Statistik Spasial adalah segala teknik analisis untuk mengukur distribusi suatu kejadian berdasarkan keruangan (Scott & Warmerdam, 2006). Keruangan yang dimaksud disini adalah variabel yang ada di permukaan bumi seperti kondisi topografi, vegetasi, perairan, dll.
           A.    Tipe-tipe Distribusi:
1)      Random      :
Setiap titik sama mungkin terjadi di setiap lokasi, dan posisi titik tersebut tidak dipengaruhi oleh posisi titik lain.
2)      Uniform      :
Sebagai kemungkinan setiap titik sama jauh dari semua tetangganya: "kemungkinannya berada dekat“
3)      Clustered    :
Banyak poin terkonsentrasi berdekatan, dan ada daerah besar yang berisi sangat sedikit, apabila ada, titik-titik: "tidak mungkin berjauhan"

           B.     Langkah-langkah pengukuran pusat disperse:
1)      Pusat Rata-rata
·         Jumlah perbedaan antara rerata X dan seluruh X lainnya adalah nol.


·         Meminimalkan jumlah jarak kuadrat antara dirinya dan seluruh titik.


2)      Titik pusat
·         Ekuivalen dengan pusat rata-rata dari sebaran titik-titik untuk polygon.
·         Pusat gravitasi atau titik keseimbangan dari poligon.
·         Jika polygon tersusun dari segmen-segmen garis lurus diantara simpul-simpul, titik pusat polygon diberikan dari rata-rata simpul X, rata-rata simpul Y.
3)      Pusat Rata-rata Tertimbang
·         Dihasilkan oleh bobot masing-masing koordinat X dan Y dengan variabel lain (𝒘_𝒊)
·         Titik pusat diperoleh dari poligon-poligon yang dapat ditimbang oleh setiap karakteristik polygon
 

4)      Pusat Jarak Minimum or  Pusat Nilai Tengah
·         Perpotongan dua garis orthogonal  (tegak lurus satu sama lain), sehingga setiap baris memiliki setengah dari titik  ke kiri dan setengah ke kanan
·         Karena orientasi sumbu untuk garis-garis ini adalah sembarang, beberapa titik dapat memenuhi kriteria ini.


Daftar Pustaka
Scott, L.M & Warmerdam, N., 2006. Spatial Statistics for Public Health and Safety. ESRI.