Materi Kuliah
WELCOME TO MY BLOG . . . Rahastri Rengganis Sukma (1625010124) / Agroinformatika Kelas A / Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur"
Senin, 18 November 2019
Senin, 11 November 2019
KALENDER TANAM (KATAM) SEBAGAI WUJUD IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
KALENDER TANAM (KATAM) SEBAGAI WUJUD IMPLEMENTASI
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
A. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di
Bidang Pertanian
Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah meliputi berbagai bidang kehidupan
masyarakat, termasuk bidang pertanian. Penetrasi Teknologi Informasi Komunikasi
di bidang pertanian ini sering disebut dengan istilah electronic Agriculture yang disingkat e-Agriculture. FAO mengusulkan
defenisi e-Agriculture sebagai berikut :
“e-Agriculture” is
an emerging field in the intersection of agricultural informatics, agricultural
development and entrepreneurship, referring to agricultural services,
technology dissemination, and information delivered or enhanced through the
Internet and related technologies. More specifically, it involves the
conceptualization, design, development, evaluation and application of new
(innovative) ways to use existing or emerging information and communication
technologies (ICTs).
Pada
dasarnya e-Agriculture adalah
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam bidang pertanian.
Pemanfaatan ini dapat dilakukan di semua aktivitas pertanian, mulai dari proses
produksi sampai pada pemasaran hasilnya. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Komunikasi dapat meliputi berbagai aspek, baik itu perangkat telekomunikasi,
komputer ataupun perangkat lunaknya.
B. Peran Teknologi Informasi Komunikasi Dalam Pembangunan Pertanian.
Teknologi
Informasi Komunikasi berperan dalam pembangunan pertanian. Teknologi Informasi
dan Komunikasi mendukung tersedianya informasi pertanian yang relevan dan tepat
waktu. Informasi hasil-hasil penelitian dan inovasi teknologi di bidang
pertanian membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian, sehingga
tercapai pembangunan pertanian yang diharapkan. Informasi dan pengetahuan
tentang pertanian akan menjadi pemicu dalam menciptakan peluang untuk
pembangunan pertanian dan ekonomi sehingga terjadi pengurangan kemiskinan. Teknologi
Informasi Komunikasi dalam sektor pertanian yang tepat waktu dan relevan
memberikan informasi yang tepat guna kepada petani untuk pengambilan keputusan
dalam berusahatani, sehingga efektif meningkatkan produktivitas, produksi dan
keuntungan.
Manfaat
yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi
(Mulyandari 2005), khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian
berkelanjutan di antaranya adalah:
1 Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di
tingkat lokal dan nasional.
2. Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk : a) Meningkatkan peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya; b) Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta c)
Meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi usahatani dan
merelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah
produksi yang diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
3. Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
4. Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
3. Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
4. Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
C. Kalender tanam (Katam) Sebagai Wujud Implementasi Pembangunan
Pertanian Berbasis Teknologi informasi dan Komunikasi
Kalender
Tanam Terpadu (KATAM) merupakan teknologi yang memuat berbagai informasi tanam
dari tingkat provinsi hingga tingkat kecamatan di seluruh Indonesia yang akan
diperbaiki tiap musim dan diperbarui tiap dua bulan sekali dengan data terbaru
dan kecocokan unsur hara dari tiap propinsi di Indonesia. Sistem Informasi
Kalender Tanam (Katam) Terpadu ini memberi informasi tentang potensi pola
tanam, waktu tanam, luas areal tanam potensial dan rekokmendasi teknologi
adaptif pada level provinsi sampai dengan tingkat kecamatan, di seluruh
Indonesia. Sistem ini sangat operasional, disusun berdasarkan prakiraan iklim
per musim, dapat diintegrasikan dengan rekomendasi pemupukan, benih dan pengelolaan
hama terpadu (PHT).
Penyusunan
Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu sudah diawali sejak 2007 dengan mulai
disusunnya Atlas dan Peta Kalender Tanam Padi Sawah di Pulau Jawa (Volume I,
2007), diikuti Pulau Sumatera (Volume II, 2008), Kalimantan (Volume III, 2009)
dan Sulawesi (Volume IV, 2009), serta Bali, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua
(Volume V, 2010). Peta Kalender Tanam (KATAM) merupakan peta yang menggambarkan
potensi pola dan waktu tanam untuk tanaman pangan (padi dan palawija) yang
disusun berdasarkan potensi dan dinamika sumberdaya iklim dan ketersediaan air,
disusun untuk memberikan informasi spasial dan tabular pola tanam dan potensi
luas areal tanam tanaman pangan pada lahan sawah berdasarkan variabilitas dan
perubahan iklim hingga tingkat kecamatan.
Sistem
Informasi Katam Terpadu berfungsi untuk memberi informasi tentang potensi pola
tanam, waktu tanam, luas areal tanam potensial dan rekomendasi teknologi
adaptif pada level Kecamatan/Kabupaten/Provinsi, yang pada akhirnya berfungsi
dalam pengamanan produksi dan pencapaian program peningkatan produksi (P2BN)
untuk surplus 10 juta Ton. Keunggulan sistem Informasi Katam Terpadu, antara
lain: a) Bersifat dinamis, karena disusun berdasarkan prakiraan iklim per
musim, b) Sangat operasional, karena disusun hingga skala kecamatan, c)
Bersifat spesifik lokasi, karena mempertimbangkan potensi sumberdaya iklim, air
& tanah, d) wilayah rawan bencana (banjir, kekeringan, OPT) yang belum
tentu sama antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya, e) Dapat
diintegrasikan dengan rekomendasikan teknologi (pupuk, benih, PHT), f) Mudah
diperbaharui/di update sesuai dengan perkembangan prakiraan hujan bulanan atau
musiman serta, g) Mudah dipahami, karena disusun secara spasial dan tabular
dengan uraian yang jelas.
Data yang dihimpun dalam Sistem
Informasi Kalender Tanam Terpadu berasal dari berbagai lembaga sumber, antara
lain : a) Informasi prediksi iklim global, prakiraan curah hujan bulanan dan
prakiraan awal musim dari beberapa lembaga internasional (IRI, POAMA), BMKG,
dan Badan Litbang Pertanian, b) Informasi potensi ketersediaan air dari
Kementerian Kimpraswil, Perum Jasa Tirta, dan Badan Litbang Pertanian, c)
Informasi luas dan pola tanam eksisting dari BPS, Ditjen Tanaman Pangan, Dinas
Pertanian Provinsi dan Kabupaten, d) Informasi bencana banjir, kekeringan, dan
OPT dari Ditjen Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, dan
BPTPH, e) Informasi inovasi dan rekomendasi teknologi dari Badan Litbang
Pertanian dan Perguruan Tinggi.
Ø Cara Mengakses Kalender Tanam
1. SMS di Handphone (Short Message Service)
Era
modern saat ini membuat informasi menjadi kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan
bagi siapapun termasuk petani. Handphone sebagai alat penghubung antara petani
satu dengan yang lainnya saat ini bukan barang mewah lagi, hampir setiap petani
sudah familiar dan memilikinya. Melalui layanan sms yang ada maka petani bisa
menggunakannya untuk mengakses informasi katam dengan mudah. nformasi kalender
tanam terpadu juga dapat didapatkan menggunakan telpon genggam dengan melakukan
pengirim pesan/sms ke nomor sms center 08-123-565-1111 atau 08-123-456-500.
Informasi yang tersedia yakni :
a)
Info cuaca terkini
b)
Kalender Tanam
c)
Rekomendasi Pupuk
d)
Rekomendasi Varietas
·
Informasi kalender tanam, tersedia di level nasional
sampai dengan kecamatan.
Format SMS : Info katam [nama
administrasi tingkat kecamatan/ kabupaten/ provinsi/ pulau, nasional]
Contoh : info katam kota bogor
Balasan : MT I 2013/2014: Info Katam
di KOTA BOGOR: Prakiraan Awal Waktu Tanam Dominan: JUN II-III, JUL I-II, …….
·
Informasi pupuk, tersedia di level nasional sampai dengan
kecamatan
Format SMS : Info pupuk [padi/
jagung/ kedelai] [tunggal/ phonska/ pelangi/ kujang, 151010] [nama administrasi
tingkat kecamatan/ kabupaten/ provinsi/ pulau/ nasional]
Contoh : info pupuk padi tunggal
kota bogor
Balasan : MT I 2013/2014: Info
Kebutuhan Pupuk Padi Sawah Tunggal di KOTA BOGOR: Tunggal Tanpa Bahan Organik:
Urea: 60 ton, SP36: 13 ton, KCl: 12 ton, …….
2. Katam Interaktif Melalui Jaringan Internet
Melalui
PC (Personal Computer), netbook, ataupun laptop yang dilengkapi jaringan
internet maka kita akan dengan mudah mengakses informasi katam. Melalui katam
versi interaktif di internet kita dapat menelusuri informasi yang tersedia dengan
lebih lengkap. Selain itu kita dapat men-download/mengunduh data yang kita
inginkan hingga level kecamatan. Alamat situs Kementerian Pertanian
(www.deptan.go.id), atau alamat situs Badan Litbang Pertanian
(www.litbang.deptan.go.id) atau melalui situs Balitklimat
(www.balitklimat.litbang.deptan.go.id) atau dengan klik link address "Kalender
Tanam Terpadu" yang tersedia pada bagian lain di halaman utama situs ini.
Kemajuan informasi untuk bidang pertanian
di Indonesia tentunya secara langsung maupun tidak langsung akan ikut andil
dalam kemajuan pembangunan. Indonesia yang memiliki potensi pertanian sangat
besar memerlukan berbagai perangkat untuk membangun sektor ini.Sumberdaya alam
dan sumberdaya manusia yang cukup tentu akan sangat dasyat bila didukung oleh
sumberdaya lain seperti teknologi dan informasi. Kalender tanam
merupakan salah satu wujud implementasi teknologi informasi dan komunkasi
karena kalender tanam memuat informasi bagi petani mengenai banyak hal seperti
pedoman waktu tanam, lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta
informasi lain yang dibutuhkan oleh petani. Katam memberikan kemudahan kepada
petani dalam memperoleh informasi atau pedoman pelaksanaan budidaya sehingga
petani mampu bekerja secara lebih efektif, dengan hanya bermodal smartphone
atau PC petani bisa memperoleh informasi yang dibutuhkan. Dengan begitu, maka
sistem pertanian menjadi lebih maju karena petani sudah mendapatkan pedoman
untuk pelaksanaan di lapang sehingga peningkatan produksi dapat tercapai dan meminimalisir
terjadinya kesalahan teknis budidaya yang dapat menyebabkan penurunan produksi
pertanian ataupun kegagalan panen.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka
Belitung. 2015. Kalender Tanam Terpadu
(KATAM), Sistem Informasi Petani Modern Indonesia. (http://babel.litbang.pertanian.go.id/index.php/sdm-2/15-info-teknologi/298-tanam-terpadu-katam-sistem-informasi-petani-modern-indonesia,
diakses pada 11 November 22.34 WIB)
Lubis. 2010. Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Komunikasi Mendukung Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyandari RSH. 2005. Alternatif
Model Diseminasi Informasi Teknologi Pertanian Mendukung Pengembangan Pertanian
Lahan Marginal. Prosiding Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi
dalam Upaya Mempercepat Revitalisasi Pertanian dan Perdesaan di Lahan Marginal,
Mataram,
Minggu, 22 September 2019
IMPLEMENTASI REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN
1. Revolusi Industri 4.0
Dunia saat ini tengah berada
dalam era revolusi industri 4.0. Revolusi
Industri 4.0 yang sedang berkembang saat ini sudah tidak lagi membicarakan
tentang otomatisasi alat, tetapi lebih kepada penggunaan mesin-mesin yang
terintegrasi langsung dengan jaringan internet.
2. Implementasi Revolusi Industri 4.0 dalam Pembangunan
Pertanian di Indonesia
Revolusi industri 4.0 merupakan
suatu pembangunan industri yang tidak dapat dihindari perkembangannya. Sektor
pertanian menjadi salah satu bidang yang tidak lepas dari pengaruh revolusi
4.0. Pertanian menjadi salah satu sektor yang penting karena berhubungan dengan
ketersediaan pangan nasional, sehingga kemajuan dalam revolusi industri 4.0
salah satunya diimplementasikan untuk pembangunan pertanian di Indonesia. Hal
tersebut sebagai upaya untuk menjadikan pertanian lebih maju dari segi input
teknologi sehingga petani dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien serta
hasil yang diharapkan adalah produksi yang lebih tinggi dan mencukupi kebutuhan
pangan nasional.
Terdapat lima teknologi
utama yang menopang implementasi revolusi industri dalam bidang pertanian,
diantaranya adalah basis internet (internet of things) yang merupakan
konsep dimana peralatan pertanian yang biasanya menggunakan cara tradisional
digantikan dengan peralatan yang dilengkapi instrumen dan terhubung melalui
internet, super komputer (artificial inteligence), kendaraan tanpa
pengemudi (human-machine interface), teknologi robotik (smart robotic)
serta teknologi 3D printing (Lisa,
2019). Beberapa contoh inovasi teknologi tersebut antara lain :
a) Soil
and Weather Sensor
(Sensor Tanah dan Cuaca)
Teknologi ini
diperkenalkan pada 24 September 2018 dengan konsep bernama “Smart Farming 4.0”. Alat sensor
ditempatkan pada lahan sawah dan secara otomatis akan mengirim informasi berupa
pesan yang diterima oleh smartphone petani. Alat ini akan melaporkan kondisi
tanah dan cuaca terbaru secara akurat sehingga petani dapat mengetahui keadaan
dan kebutuhan serta tindakan yang harus dilakukan pada lahan dan tanaman.
Selain itu, juga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian perlakuan seperti
pengairan, penyemprotan pestisida, dan pemupukan. Teknologi Soil and Weather Sensor juga dapat
memprediksi serangan hama dan penyakit sehingga petani dapat menghindari
terjadinya serangan hama dan penyakit pada satu musim pada tanaman mereka.
Soil
& Weather Sensor MSMB Indonesia
b) Autonomous
Tractor
Autonomous Tractor merupakan
hasil inovasi terbaru Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) melalui organnya
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Traktor empat roda
otonom ini mengunakan sistem navigasi GPS berbasis real time kinematika (RTK). Traktor
tanpa awak ini mempunyai fungsi dan keunggulan untuk mengolah tanah dengan
menggunakan traktor roda 4 dengan sostem kemudi yang dapat dikendalikan secara
otomatis. Traktor otonom ini dapat melakukan pengolahan lahan sesuai dengan
peta perencanaan dengan akurasi 5-25 cm. Sistem kontrol pada traktor terdiri
atas pengendalian stir, gas, gear, rem dan kopling. Sedangkan untuk aplikasi
pengolahan lahan digunakan pengendalian implemen dan PTO (power take off).
Autonomous Tractor | Sumber
Foto:Balitbangtan
Selain itu,
ada juga sistem komunikasi antara traktor dan base station dengan Protokol TCP/IP dengan media wireless 2.4 atau 5 GHz. Serta
tersedianya suatu command control
untuk pengendalian traktor dalam bentuk parameter dalam format text melalui
interface serial. Keunggulan dan kebaharuan lainnya adalah tersedianya design controller yang modular dan dapat
dipindah ke traktor lain, adanya standar komunikasi antar modular sensor dan
aktuator berbasis protokol i2c yang sederhana. Tersedia aplikasi mapping yang
dapat digunakan untuk pengolahan lahan di lokasi yang berbeda, dan tersedianya
aktuator untuk pengendalian dengan sistem yang lebih sederhana. Dengan adanya
pembaruan teknologi ini, Balitbangtan berharap Autonomous Tractor ini dapat diproduksi massal oleh para perusahaan
alsintan. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pertanian.
c) Drone (Pesawat Tanpa Awak)
Ketua Umum HKTI, Jenderal (Purn)
Moeldoko mengatakan bahwa Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI) siap memproduksi drone (pesawat tanpa awak) untuk pertanian (Republika,
2018). Drone HKTI didesain untuk dapat melakukan penyemprot pupuk, serta
memiliki kamera penginderaan kondisi pertumbuhan tanaman dan penyakit atau hama
tanaman. Selain itu dilengkapi pula dengan teknologi frekuensi pengusir hama,
terutama hama burung.
Drone buatan
HKTI tersebut nantinya mampu mengangkat beban 20 kilogram. Sedangkan durasi
terbangnya bisa mencapai waktu 45 menit. Banyak fungsi bisa dilakukan drone
untuk pertanian. Keterbatasan mata manusia untuk mengawasi hamparan luas dapat
diatasi dengan menggunakan drone berkamera yang dapat menangkap citra dari atas
dan memberikan informasi penting mengenai kondisi tanaman dan lingkungan di
sekitarnya.
Secara umum
fungsinya, antara lain, untuk pemantauan kesehatan tanaman, pengawasan
pengairan, identifikasi gulma, identifikasi kesuburan tanah, aplikasi
penyemprotan nutrisi atau pestisida, serta pemetaan lahan. Drone multiguna ini akan
dipasarkan kepada petani dengan harga yang relatif terjangkau. Tahap awal,
drone ini nantinya akan dilepas kepada kelompok tani dapat dibeli dengan sistem
kredit.
HKTI sejak
tahun 2017 sudah mencanangkan membuat drone pertanian. Rencana tersebut sebagai
wujud terobosan dalam proses modernisasi dan inovasi pertanian yang
diprogramkan HKTI. Langkah ini juga untuk menarik minat pemuda zaman sekarang
untuk menekuni dan menerjuni pertanian.
d) Kalender
Tanam (Katam)
Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufry
saat menyampaikan pidato ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-59 Fakultas
Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, mengatakan
bahwa penerapan Inovasi menuju
Era Revolusi Industri 4.0 adalah seperti dalam Katam (Kalender Tanam) (Detikfinance,
2019). Salah satu implementasi pertanian berbasis internet yang paling
sederhana antara lain adalah inovasi Katam (Kalender Tanam) Terpadu, yakni
inovasi berbasis teknologi informasi yang dapat memberikan pedoman waktu tanam,
lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta informasi lain yang
dibutuhkan oleh petani. Kalender tanam ini merupakan situs resmi internet yang
dikelola oleh kementrian pertanian. Dengan menggunakan smartphone yang terhubung dengan internet, petani bisa mengakses
situs Katam ini di manapun dan kapanpun dengan mudah. Dengan memasukkan lokasi
atau nama daerah yang diinginkan petani, maka dengan langsung akan muncul
informasi yang dibutuhkan petani di daerah tujuan tersebut. Dalam katam, petani
sangat terbantu dengan adanya informasi mengenai waktu tanam yang tepat
sehingga mengurangi resiko kegagalan panen akibat kesalahan waktu tanam. Selain
itu, terdapat informasi mengenai penggunaan input seperti pupuk baik dari segi
jenis pupuk dan juga dosis anjuran yang tepat. Dalam katam juga dicantumkan
varietas anjuran untuk ditanam dan berbagai informasi lainnya. Dengan demikian
diharapkan petani mampu melakukan teknik budidaya dengan tepat sehingga
peningkatan produksi pertanian dapat tercapai.
3. Kendala Implementasi Revolusi Industri 4.0 dalam
Pembangunan Pertanian
Revolusi
industri 4.0 memang memberikan pengaruh yang baik bagi petani. Berbagai
teknologi pertanian canggih sudah dibuat untuk mempermudah petani dalam proses
budidayanya sehingga petani mampu bekerja secara lebih efektif dan efisien.
Namun, jika dilihat dari kenyataan yang terjadi saat ini, implementasi revolusi
industri 4.0 dalam pembangunan pertanian belum sepenuhnya terwujud. Hal
tersebut dikarenakan terdapat beberapa kendala atau tantangan antara lain :
a) Infrastruktur yang Masih Perlu Perbaikan
Untuk
menerapkan Internet of Thing
memerlukan akses internet yang baik. Sedangkan tidak semua daerah di Indonesia
mempunyai akses internet yang berjalan dengan lancar. Terkadang beberapa tempat
masih kesulitan dalam akses internet karena memang jaringan internet belum
menyentuh daerah tersebut. Berdasarkan
data Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJI1),
jumlah pengguna internet di
Indonesia sebanyak 143,26
juta atau sekira
55% dari populasi. Artinya, masih terdapat 45% sisanya
yakni sekira 117 juta masyarakat yang masih belum tersentuh internet. Sebagian besar Kalimantan, Sulawesi,
dan Indonesia timur hanya tersedia internet di kota-kota besar. Saat ini masih terdapat 24.000 desa yang
belum tersentuh akses layanan internet (Kominfo, 2019). Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan infrastruktur sehingga
petani di seluruh daerah bahkan di pelosok negeri tetap dapat memanfaatkan
kemajuan teknologi. Dengan adanya perbaikan infastruktur tentunya akan
berdampak pada peningkatan pembangunan khususnya dalam pertanian sehingga berdampak
pada peningkatan produksi pertanian.
b) Perlunya Biaya
Teknologi
pertanian yang dibuat baik oleh pemerintah melalui kementrian pertanian ataupun
pihak lain memang sangat memberikan manfaat bagi petani. Namun teknologi
tersebut belum bisa diaplikasikan di semua daerah mengingat biaya yang
diperlukan untuk membeli teknolgi tersebut terbilang cukup mahal, sedangkan
kebanyakan petani-petani di desa perlu pemikiran dua kali untuk memiliki
teknologi tersebut. Meskipun terdapat timbal balik bahwa hasil pertaniannya
meningkat, tetapi modal untuk membeli teknologi tersebut cukup tinggi sehingga
petani terkadang memilih menggunakan uangnya untuk keperluan input pertanian
yang lain daripada membeli teknologi dengan harga yang cukup tinggi tersebut.
c) Petani Belum Melek
Teknologi
Revolusi industri
4.0 memberikan pengaruh terhadap kemunculan teknologi-teknologi canggih yang
sangat membantu dalam bidang pertanian. Namun, tidak semua petani mampu
mengadopsi inovasi teknologi ini karena kemampuan dari petani tersebut yang
masih terbatas. Beberapa petani terutama petani yang berada di pelosok daerah,
terkadang pengetahuannya masih terbatas sehingga cukup sulit untuk menerima
inovasi baru dan mengadopsi teknologi baru. Mereka merasa kesulitan dalam
mengoperasikan mesin-mesin pertanian otomatis dan mesin-mesin tersebut terasa
awam bagi mereka, sehingga kemajuan teknologi pertanian belum bisa mereka rasakan.
Petani desa terkadang sudah terlanjur berpatokan pada kebiasaan atau tradisi
pertanian yang ada di daerahhnya, sehingga mereka tidak sadar akan adanya
teknologi-teknologi terbaru yang justru lebih bisa meningkatkan produksi
pertaniannya. Petani tersebut biasanya tidak mudah percaya begitu saja dengan
adanya inovasi baru di bidang pertanian jika tidak diberi percontohan atau
aplikasi secara langsung. Jika hanya diberi pemahaman atau penyuluhan, mereka
tidak akan mengaplikasikannya karena sudah percaya dengan kebiasaan sebelumnya
yang telah mereka lakukan. Sehingga perlu adanya upaya dari pemerintah untuk
melakukan suatu penyuluhan dan percontohan penggunaan mesin-mesin pertanian
terbaru langsung di salah satu lahan petani di suatu daerah tujuan sehingga
petani bisa mengetahui secara langsung keefektifan kerja mesin-mesin tersebut
dan akhirnya tertarik untuk mengaplikasikannya sendiri.
Daftar Pustaka
Detikfinance. 2019. Hadapi Revolusi
Industri 4.0 Kementan Siapkan Digitalisasi Pertanian.
(https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4554658/hadapi-revolusi-industri-40-kementan-siapkan-digitalisasi-pertanian,
diakses pada 21 September 2019 pukul 18.41 WIB)
Kominfo. 2019. 24000 Desa Belum
Tersentuh Layanan Internet.
(https://inet.detik.com/telecommunication/d-4505284/kominfo-24000-desa-belum-tersentuh-layanan-internet,
diakses pada 22 September 2019 pukul 10.15 WIB)
Lisa, 2019. Mengenal Revolusi Industri
4.0 pada Bidang Pertanian (https://8villages.com/full/petani/article/id/5c4e6d8cce212bb217809faf,
diakses pada 21 September 2019 pukul 18.24 WIB)
Balitbangtan. 2018. Autonomous Tractor, Inovasi Mekanisasi Mendukung Revolusi Industri
4.0 (http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/3386/,
diakses pada 21 September 2019 pukul 18.54 WIB)
Republika. 2018. HKTI Segera Produksi Drone Pertanian.
(https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/18/01/24/p31nq2374-hkti-segera-produksi-drone-pertanian,
diakses pada 21 September 2019 pukul 19.12 WIB)
Minggu, 20 Mei 2018
STATISTIK SPASIAL II
STATISTIK
SPASIAL II
Statistik
Spasial adalah segala teknik analisis untuk mengukur distribusi suatu
kejadian berdasarkan keruangan (Scott & Warmerdam, 2006). Keruangan yang
dimaksud disini adalah variabel yang ada di permukaan bumi seperti kondisi topografi,
vegetasi, perairan, dll.
A.
Tipe-tipe Distribusi:
1)
Random :
Setiap
titik sama mungkin terjadi di setiap lokasi, dan posisi titik tersebut tidak
dipengaruhi oleh posisi titik lain.
2)
Uniform :
Sebagai
kemungkinan setiap titik sama jauh dari semua tetangganya: "kemungkinannya
berada dekat“
3)
Clustered :
Banyak
poin terkonsentrasi berdekatan, dan ada daerah besar yang berisi sangat
sedikit, apabila ada, titik-titik: "tidak mungkin berjauhan"
B.
Langkah-langkah pengukuran pusat disperse:
1)
Pusat Rata-rata
·
Jumlah perbedaan antara
rerata X dan seluruh X lainnya adalah nol.
·
Meminimalkan jumlah jarak
kuadrat antara dirinya dan seluruh titik.
2)
Titik pusat
·
Ekuivalen dengan
pusat rata-rata dari sebaran titik-titik untuk polygon.
·
Pusat gravitasi
atau titik keseimbangan dari poligon.
·
Jika polygon
tersusun dari segmen-segmen garis lurus diantara simpul-simpul, titik pusat
polygon diberikan dari rata-rata simpul X, rata-rata simpul Y.
3)
Pusat Rata-rata Tertimbang
·
Dihasilkan oleh
bobot masing-masing koordinat X dan Y dengan variabel lain (𝒘_𝒊)
·
Titik pusat
diperoleh dari poligon-poligon yang dapat ditimbang oleh setiap karakteristik
polygon
4)
Pusat Jarak Minimum or
Pusat Nilai Tengah
·
Perpotongan dua
garis orthogonal (tegak lurus satu sama
lain), sehingga setiap baris memiliki setengah dari titik ke kiri dan setengah ke kanan
·
Karena orientasi
sumbu untuk garis-garis ini adalah sembarang, beberapa titik dapat memenuhi
kriteria ini.
Daftar Pustaka
Scott, L.M & Warmerdam, N.,
2006. Spatial Statistics for Public Health and Safety. ESRI.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
STATISTIK SPASIAL II Statistik Spasial adalah segala teknik analisis untuk mengukur distribusi suatu kejadian berdasarkan keruanga...
-
STRUKTUR DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Jenis data yang dimasukkan dalam SIG diperoleh beberapa kegiatan, yaitu: 1. ...