1. Revolusi Industri 4.0
Dunia saat ini tengah berada
dalam era revolusi industri 4.0. Revolusi
Industri 4.0 yang sedang berkembang saat ini sudah tidak lagi membicarakan
tentang otomatisasi alat, tetapi lebih kepada penggunaan mesin-mesin yang
terintegrasi langsung dengan jaringan internet.
2. Implementasi Revolusi Industri 4.0 dalam Pembangunan
Pertanian di Indonesia
Revolusi industri 4.0 merupakan
suatu pembangunan industri yang tidak dapat dihindari perkembangannya. Sektor
pertanian menjadi salah satu bidang yang tidak lepas dari pengaruh revolusi
4.0. Pertanian menjadi salah satu sektor yang penting karena berhubungan dengan
ketersediaan pangan nasional, sehingga kemajuan dalam revolusi industri 4.0
salah satunya diimplementasikan untuk pembangunan pertanian di Indonesia. Hal
tersebut sebagai upaya untuk menjadikan pertanian lebih maju dari segi input
teknologi sehingga petani dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien serta
hasil yang diharapkan adalah produksi yang lebih tinggi dan mencukupi kebutuhan
pangan nasional.
Terdapat lima teknologi
utama yang menopang implementasi revolusi industri dalam bidang pertanian,
diantaranya adalah basis internet (internet of things) yang merupakan
konsep dimana peralatan pertanian yang biasanya menggunakan cara tradisional
digantikan dengan peralatan yang dilengkapi instrumen dan terhubung melalui
internet, super komputer (artificial inteligence), kendaraan tanpa
pengemudi (human-machine interface), teknologi robotik (smart robotic)
serta teknologi 3D printing (Lisa,
2019). Beberapa contoh inovasi teknologi tersebut antara lain :
a) Soil
and Weather Sensor
(Sensor Tanah dan Cuaca)
Teknologi ini
diperkenalkan pada 24 September 2018 dengan konsep bernama “Smart Farming 4.0”. Alat sensor
ditempatkan pada lahan sawah dan secara otomatis akan mengirim informasi berupa
pesan yang diterima oleh smartphone petani. Alat ini akan melaporkan kondisi
tanah dan cuaca terbaru secara akurat sehingga petani dapat mengetahui keadaan
dan kebutuhan serta tindakan yang harus dilakukan pada lahan dan tanaman.
Selain itu, juga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian perlakuan seperti
pengairan, penyemprotan pestisida, dan pemupukan. Teknologi Soil and Weather Sensor juga dapat
memprediksi serangan hama dan penyakit sehingga petani dapat menghindari
terjadinya serangan hama dan penyakit pada satu musim pada tanaman mereka.
Soil
& Weather Sensor MSMB Indonesia
b) Autonomous
Tractor
Autonomous Tractor merupakan
hasil inovasi terbaru Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) melalui organnya
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Traktor empat roda
otonom ini mengunakan sistem navigasi GPS berbasis real time kinematika (RTK). Traktor
tanpa awak ini mempunyai fungsi dan keunggulan untuk mengolah tanah dengan
menggunakan traktor roda 4 dengan sostem kemudi yang dapat dikendalikan secara
otomatis. Traktor otonom ini dapat melakukan pengolahan lahan sesuai dengan
peta perencanaan dengan akurasi 5-25 cm. Sistem kontrol pada traktor terdiri
atas pengendalian stir, gas, gear, rem dan kopling. Sedangkan untuk aplikasi
pengolahan lahan digunakan pengendalian implemen dan PTO (power take off).
Autonomous Tractor | Sumber
Foto:Balitbangtan
Selain itu,
ada juga sistem komunikasi antara traktor dan base station dengan Protokol TCP/IP dengan media wireless 2.4 atau 5 GHz. Serta
tersedianya suatu command control
untuk pengendalian traktor dalam bentuk parameter dalam format text melalui
interface serial. Keunggulan dan kebaharuan lainnya adalah tersedianya design controller yang modular dan dapat
dipindah ke traktor lain, adanya standar komunikasi antar modular sensor dan
aktuator berbasis protokol i2c yang sederhana. Tersedia aplikasi mapping yang
dapat digunakan untuk pengolahan lahan di lokasi yang berbeda, dan tersedianya
aktuator untuk pengendalian dengan sistem yang lebih sederhana. Dengan adanya
pembaruan teknologi ini, Balitbangtan berharap Autonomous Tractor ini dapat diproduksi massal oleh para perusahaan
alsintan. Sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pertanian.
c) Drone (Pesawat Tanpa Awak)
Ketua Umum HKTI, Jenderal (Purn)
Moeldoko mengatakan bahwa Himpunan Kerukunan Tani Indonesia
(HKTI) siap memproduksi drone (pesawat tanpa awak) untuk pertanian (Republika,
2018). Drone HKTI didesain untuk dapat melakukan penyemprot pupuk, serta
memiliki kamera penginderaan kondisi pertumbuhan tanaman dan penyakit atau hama
tanaman. Selain itu dilengkapi pula dengan teknologi frekuensi pengusir hama,
terutama hama burung.
Drone buatan
HKTI tersebut nantinya mampu mengangkat beban 20 kilogram. Sedangkan durasi
terbangnya bisa mencapai waktu 45 menit. Banyak fungsi bisa dilakukan drone
untuk pertanian. Keterbatasan mata manusia untuk mengawasi hamparan luas dapat
diatasi dengan menggunakan drone berkamera yang dapat menangkap citra dari atas
dan memberikan informasi penting mengenai kondisi tanaman dan lingkungan di
sekitarnya.
Secara umum
fungsinya, antara lain, untuk pemantauan kesehatan tanaman, pengawasan
pengairan, identifikasi gulma, identifikasi kesuburan tanah, aplikasi
penyemprotan nutrisi atau pestisida, serta pemetaan lahan. Drone multiguna ini akan
dipasarkan kepada petani dengan harga yang relatif terjangkau. Tahap awal,
drone ini nantinya akan dilepas kepada kelompok tani dapat dibeli dengan sistem
kredit.
HKTI sejak
tahun 2017 sudah mencanangkan membuat drone pertanian. Rencana tersebut sebagai
wujud terobosan dalam proses modernisasi dan inovasi pertanian yang
diprogramkan HKTI. Langkah ini juga untuk menarik minat pemuda zaman sekarang
untuk menekuni dan menerjuni pertanian.
d) Kalender
Tanam (Katam)
Kepala Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan Fadjry Djufry
saat menyampaikan pidato ilmiah dalam rangka Dies Natalis ke-59 Fakultas
Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado, Sulawesi Utara, mengatakan
bahwa penerapan Inovasi menuju
Era Revolusi Industri 4.0 adalah seperti dalam Katam (Kalender Tanam) (Detikfinance,
2019). Salah satu implementasi pertanian berbasis internet yang paling
sederhana antara lain adalah inovasi Katam (Kalender Tanam) Terpadu, yakni
inovasi berbasis teknologi informasi yang dapat memberikan pedoman waktu tanam,
lokasi, kebutuhan input produksi yang sesuai, serta informasi lain yang
dibutuhkan oleh petani. Kalender tanam ini merupakan situs resmi internet yang
dikelola oleh kementrian pertanian. Dengan menggunakan smartphone yang terhubung dengan internet, petani bisa mengakses
situs Katam ini di manapun dan kapanpun dengan mudah. Dengan memasukkan lokasi
atau nama daerah yang diinginkan petani, maka dengan langsung akan muncul
informasi yang dibutuhkan petani di daerah tujuan tersebut. Dalam katam, petani
sangat terbantu dengan adanya informasi mengenai waktu tanam yang tepat
sehingga mengurangi resiko kegagalan panen akibat kesalahan waktu tanam. Selain
itu, terdapat informasi mengenai penggunaan input seperti pupuk baik dari segi
jenis pupuk dan juga dosis anjuran yang tepat. Dalam katam juga dicantumkan
varietas anjuran untuk ditanam dan berbagai informasi lainnya. Dengan demikian
diharapkan petani mampu melakukan teknik budidaya dengan tepat sehingga
peningkatan produksi pertanian dapat tercapai.
3. Kendala Implementasi Revolusi Industri 4.0 dalam
Pembangunan Pertanian
Revolusi
industri 4.0 memang memberikan pengaruh yang baik bagi petani. Berbagai
teknologi pertanian canggih sudah dibuat untuk mempermudah petani dalam proses
budidayanya sehingga petani mampu bekerja secara lebih efektif dan efisien.
Namun, jika dilihat dari kenyataan yang terjadi saat ini, implementasi revolusi
industri 4.0 dalam pembangunan pertanian belum sepenuhnya terwujud. Hal
tersebut dikarenakan terdapat beberapa kendala atau tantangan antara lain :
a) Infrastruktur yang Masih Perlu Perbaikan
Untuk
menerapkan Internet of Thing
memerlukan akses internet yang baik. Sedangkan tidak semua daerah di Indonesia
mempunyai akses internet yang berjalan dengan lancar. Terkadang beberapa tempat
masih kesulitan dalam akses internet karena memang jaringan internet belum
menyentuh daerah tersebut. Berdasarkan
data Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJI1),
jumlah pengguna internet di
Indonesia sebanyak 143,26
juta atau sekira
55% dari populasi. Artinya, masih terdapat 45% sisanya
yakni sekira 117 juta masyarakat yang masih belum tersentuh internet. Sebagian besar Kalimantan, Sulawesi,
dan Indonesia timur hanya tersedia internet di kota-kota besar. Saat ini masih terdapat 24.000 desa yang
belum tersentuh akses layanan internet (Kominfo, 2019). Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan infrastruktur sehingga
petani di seluruh daerah bahkan di pelosok negeri tetap dapat memanfaatkan
kemajuan teknologi. Dengan adanya perbaikan infastruktur tentunya akan
berdampak pada peningkatan pembangunan khususnya dalam pertanian sehingga berdampak
pada peningkatan produksi pertanian.
b) Perlunya Biaya
Teknologi
pertanian yang dibuat baik oleh pemerintah melalui kementrian pertanian ataupun
pihak lain memang sangat memberikan manfaat bagi petani. Namun teknologi
tersebut belum bisa diaplikasikan di semua daerah mengingat biaya yang
diperlukan untuk membeli teknolgi tersebut terbilang cukup mahal, sedangkan
kebanyakan petani-petani di desa perlu pemikiran dua kali untuk memiliki
teknologi tersebut. Meskipun terdapat timbal balik bahwa hasil pertaniannya
meningkat, tetapi modal untuk membeli teknologi tersebut cukup tinggi sehingga
petani terkadang memilih menggunakan uangnya untuk keperluan input pertanian
yang lain daripada membeli teknologi dengan harga yang cukup tinggi tersebut.
c) Petani Belum Melek
Teknologi
Revolusi industri
4.0 memberikan pengaruh terhadap kemunculan teknologi-teknologi canggih yang
sangat membantu dalam bidang pertanian. Namun, tidak semua petani mampu
mengadopsi inovasi teknologi ini karena kemampuan dari petani tersebut yang
masih terbatas. Beberapa petani terutama petani yang berada di pelosok daerah,
terkadang pengetahuannya masih terbatas sehingga cukup sulit untuk menerima
inovasi baru dan mengadopsi teknologi baru. Mereka merasa kesulitan dalam
mengoperasikan mesin-mesin pertanian otomatis dan mesin-mesin tersebut terasa
awam bagi mereka, sehingga kemajuan teknologi pertanian belum bisa mereka rasakan.
Petani desa terkadang sudah terlanjur berpatokan pada kebiasaan atau tradisi
pertanian yang ada di daerahhnya, sehingga mereka tidak sadar akan adanya
teknologi-teknologi terbaru yang justru lebih bisa meningkatkan produksi
pertaniannya. Petani tersebut biasanya tidak mudah percaya begitu saja dengan
adanya inovasi baru di bidang pertanian jika tidak diberi percontohan atau
aplikasi secara langsung. Jika hanya diberi pemahaman atau penyuluhan, mereka
tidak akan mengaplikasikannya karena sudah percaya dengan kebiasaan sebelumnya
yang telah mereka lakukan. Sehingga perlu adanya upaya dari pemerintah untuk
melakukan suatu penyuluhan dan percontohan penggunaan mesin-mesin pertanian
terbaru langsung di salah satu lahan petani di suatu daerah tujuan sehingga
petani bisa mengetahui secara langsung keefektifan kerja mesin-mesin tersebut
dan akhirnya tertarik untuk mengaplikasikannya sendiri.
Daftar Pustaka
Detikfinance. 2019. Hadapi Revolusi
Industri 4.0 Kementan Siapkan Digitalisasi Pertanian.
(https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4554658/hadapi-revolusi-industri-40-kementan-siapkan-digitalisasi-pertanian,
diakses pada 21 September 2019 pukul 18.41 WIB)
Kominfo. 2019. 24000 Desa Belum
Tersentuh Layanan Internet.
(https://inet.detik.com/telecommunication/d-4505284/kominfo-24000-desa-belum-tersentuh-layanan-internet,
diakses pada 22 September 2019 pukul 10.15 WIB)
Lisa, 2019. Mengenal Revolusi Industri
4.0 pada Bidang Pertanian (https://8villages.com/full/petani/article/id/5c4e6d8cce212bb217809faf,
diakses pada 21 September 2019 pukul 18.24 WIB)
Balitbangtan. 2018. Autonomous Tractor, Inovasi Mekanisasi Mendukung Revolusi Industri
4.0 (http://www.litbang.pertanian.go.id/info-teknologi/3386/,
diakses pada 21 September 2019 pukul 18.54 WIB)
Republika. 2018. HKTI Segera Produksi Drone Pertanian.
(https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/18/01/24/p31nq2374-hkti-segera-produksi-drone-pertanian,
diakses pada 21 September 2019 pukul 19.12 WIB)